İstanbul escort bayan sivas escort samsun escort bayan sakarya escort Muğla escort Mersin escort Escort malatya Escort konya Kocaeli Escort Kayseri Escort izmir escort bayan hatay bayan escort antep Escort bayan eskişehir escort bayan erzurum escort bayan elazığ escort diyarbakır escort escort bayan Çanakkale Bursa Escort bayan Balıkesir escort aydın Escort Antalya Escort ankara bayan escort Adana Escort bayan

Home Lifestyle Kewajiban Berikan Nafkah untuk Anak, Meski Sudah Bercerai!

Kewajiban Berikan Nafkah untuk Anak, Meski Sudah Bercerai!

manfaat.co – Kalau kamu bercerai didalam perkawinanmu dengan pasangan dan memiliki anak, tentu saja perlu menunjukkan rasa tanggung jawab kalian dalam memberikan nafkah untuk anak. Terutama bagi sang ayah! Bagaimana kamu bisa menunjukkan tanggung jawab sebagai orang tua, sedangkan kamu sudah melakukan perceraian? Masihkan bisa rutin bertemu dengan anak dan berikan nafkah kepada anakmu?

Seharusnya memang itulah yang perlu kamu lakukan. Karena tidak peduli kamu ini di posisi ayah atau ibunya. Selama kamu ini memiliki penghasilan, sebesar apapun penghasilanmu, kamu perlu namanya untuk sisihkan sedikit saja untuk anak. Meskipun anak kamu ini berada di dalam pengasuhan mantan pasanganmu! Apa saja sih alasan yang kuat sekali untuk membuat kamu terus menunjukkan rasa tanggung jawab setelah bercerai di dalam rumah tangga? Kalau begitu kamu perlu tahu sederet alasannya seperti berikut.

Sederet Alasan Kamu Berikan Nafkah untuk Anak Meski Sudah Bercerai

Nafkah-Untuk-Anak

Tidak Ada Namanya Mantan Anak

Sampai kapanpun, darah kamu itu akan terus mengalir didalam tubuh anak. Perceraian tidak bisa menghapus hubunganmu dengan anak. Artinya ini kamu masih terikat dengan rasa tanggung jawab sebagai orang tua yang benar-benar harus mensyukuri kehadiran anugerah dari tuhan. Tugas utama kamu yakni biayai kehidupannya, kamu perlu bicarakan soal jumlah nafkah yang bisa kamu berikan untuk anak meski di dalam pengasuhan mantan pasanganmu. Kalau jumlahnya sudah disepakati, cobalah berkomitmen kuat dan selalu tepati dengan baik karena ukuran setiap nafkah maupun waktu untuknya.

Tentu saja untuk kedepannya yang disesuaikan dalam kebutuhan anakmu. Misalnya seiring dengan ia bisa memasuki usia sekolah, apalagi kelak ketika dia sedang berkuliah. Kamulah yang dia miliki di dunia ini, kamu yang diharapkannya untuk berikan kasih sayang dan semua kebutuhannya selama dirinya belum mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan begitu, percayalah dia adalah anak yang tidak kekurangan kasih sayang dan memiliki prinsip bahagiakan orang tuanya meski sudah bercerai sejak dirinya kecil.

Masalah Kalian Bercerai Bukan Kesalahan Anak

Perceraian itu merupakan perpisahan kamu dengan pasangan, keputusan pun disepakati berdua. Percayalah anak tidak menginginkan itu semua terjadi! Masalah kamu itu dengan mantan pasanganmu dan tidak boleh ganggu hubungan dengan anak sehingga perlu bersikap profesional. Jangan anak yang perlu menanggung banyak kepahitan karena konflik kalian dengan pasangan.

Rasa sedih dan iri pada teman karena seusianya tidak memiliki orang tua di dalam ikatan satu keluarga saja rasanya sudah sangat perih. Anak kalian setiap hari pasti mendengar akan keharmonisan temannya dengan keluarganya masing-masing, bagaimana kalau kamu sampai abaikan dia dan tidak berikan nafkah untuknya? Bagaimana kalau dia mengklaim dirinya tidak dianggap anak oleh orang tuanya? Kalau sudah begini, apakah kamu tidak akan menyesal di kemudian hari tuamu sudah tiba?

Masa Depan Anak Masih Panjang

Kamu perlu tahu, anak hasil perkawinan yang gagal ini masih hidup, masih layak diberikan pendidikan, kebutuhan dan kasih sayang. Sebenarnya usia perkawinan dengan pasangan, itu artinya anak yang hadapi perceraian kalian masih berusia sangat muda. Kamu bisa membayangkan betapa panjangnya masa depan anakmu mulai dari pendidikan dan masih perlu melewati banyak jenjang dan belum buat biaya tidak terduga, kesehatan anak, pernikahannya kelak dan lainnya.

Meski mantan pasanganmu juga bekerja atau karirnya lebih bagus daripada, kamu perlu tetap menjadi tanggung jawab kalian dan ambillah porsi tanggung jawabmu. Tidak berkemanmusiaan kalau pasanganmu tidak bekerja sampai kalian bercerai dan kamu tetap tidak tergerak untuk berikan nafkah untuk keluarga, termasuk anak. Misalnya karena dulu kamu menyuruhnya hanya jadi seorang ibu rumah tangga saja.

Walaupun ia sudah mulai bekerja saat ini demi kemandirian dalam mencari uang, tingkat keimanannya pasti belum selevel dengan dirimu sejak dulu sudah bekerja. Ternyata memang berikan nafkah untuk anak itu merupakan tanggung jawab paling besar, kamu dan pasangan yang sudah dipercaya tuhan untuk mendidik, menyayangi, membesarkan anak itu sebaik mungkin. Jangan sampai sudah bercerai, berakhir juga tanggung jawabmu kepada anak!

 

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments